Cerita Dewasa Ternyata Ini Rasanya Bercinta Di Kereta

Tidak ada voting

Baca Kisah Nyata : Cerita Dewasa Ternyata Ini Rasanya Bercinta Di Kereta

Cerita Bokep : Cerita Dewasa Ternyata Ini Rasanya Bercinta Di Kereta

Kereta Api adalah salah satu moda transportasi massal yang cukup terjangkau. Ini Kisah Mesum Terbaru pertama kaliku bercinta di kereta api. Saat liburan kuliah aku balik ke Jakarta. Untuk bepergian aku lebih memilih naik kereta bisnis karena dekat dengan rumah, kalau naik pesawat malas karena lama dalam perjalanan ke rumah. Karena diminta cepat sampai ke rumah aku naik kereta Taksaka malam.

Tak kusangka aku duduk bersebelahan dengan seorang wanita, menarik pula. Tingginya sekitar 160-170 cm, tubuhnya ramping, sexy, kulitnya putih, rambut lurus sepunggung, dan wajahnya seperti orang Manado. Dia datang duluan, sedang aku datang 5 menit sebelum kereta berangkat. Aku ambil kursi di wilayah tengah. Perlahan aku merapikan barang bawaanku.

Setelah selesai aku duduk dan sesaat kemudian aku berkenalan dengan wanita itu. Aku memperkenalkan namaku terlebih dahulu, sedang dia mengaku bernama Vanesa dengan suara dan tangannya yang lembut. Vanesa berpakaian sexy menurutku, bawahannya rok jeans 15 cm di atas lutut, atasannya tank top pink dan cardigan putih. Sexy sekali, tank topnya menutupi payudaranya yang bulat, kira-kira ukuran 32B. Ini ukuran favoritku. Vanesa memiliki aroma tubuh yang menggoda malam itu.

Kami mulai mengobrol tanpa memperhatikan kereta yang telah melaju kencang. Vanesa adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta dan baru kuliah dua semester. Kami pun bertukar nomor HP kami. Dia pulang karena belum punya teman banyak di Yogya, dan teman-temannya pulang kampung semua. Vanesa suka dengan suasana di Yogya yang relatif tenang.

Di tengah pembicaraan, aku baru sadar kalau kedua puting payudara Vanesa menonjol, rupanya Vanesa tak memakai bra. Terus terang aku mulai terangsang, membayangkan payudaranya yang OK banget walau tak memakai bra. Ketika kutanya soal cowok, rupanya Vanesa sudah tak punya cukup lama. Terakhir dia berpacaran, cowoknya menduakan dia hingga Vanesa trauma, karena dia sungguh menyayangi cowoknya itu. Aku menyayangkan hal itu terjadi, lalu kuberanikan diri menanyakan soal kelanjutannya setelah itu, apakah dia menjadi lesbian. Ternyata Vanesa memang sempat menjadi lesbian beberapa saat setelah dia putus dan saat itu pula dia merasakan rangsangan seksual pada kemaluannya untuk pertama kali dengan dimasuki jari oleh wanita pasangannya.

Pernyataannya sungguh mengejutkanku. Kutanya dia bagaimana hal itu bisa terjadi. Ternyata Vanesa tak keberatan menceritakannya dengan syarat aku akan merahasiakannya. Tentu saja ini akan kurahasiakan karena terus terang, aku suka padanya.

Ketika itu Vanesa berpacaran dengan cowoknya sudah 2 tahun. Pada tahun kedua, Vanesa penasaran dengan sikap cowoknya yang berubah. Akhirnya dia tahu kalau dia diduakan. Menurut Vanesa dia sudah memberikan segala perhatian pada cowoknya, bahkan setiap minggu mereka selalu petting di kamarnya. Ketika Vanesa tahu dia diduakan, Vanesa memutuskan pacarnya. Untuk menghilangkan rasa kesalnya, beberapa hari setelah itu Vanesa dugem bersama seorang teman wanitanya hingga tanpa disadari mereka mulai terpengaruh alkohol.

Vanesa pulang ke rumah dan temannya menginap. Sesaat setelah masuk kamar, Vanesa langsung menanggalkan pakaian dan branya lalu memakai piyama. Demikian pula dengan temannya yang bernama Erika. Vanesa curhat kepada temannya itu. Tanpa disadarinya, Vanesa terangsang sebab temannya mengelus-elus putingnya sambil mendengarkannya curhat. Vanesa membalas dengan meremas-remas payudara temannya yang lebih besar daripada miliknya, yang menurutnya berukuran 34A sedang miliknya hanya 32B.

Wow rupanya pas dengan perkiraanku, maklum pengalaman bertahun-tahun, batinku.
Perlahan tapi pasti mereka saling berciuman dan saling mengelus-elus puting lawannya. Vanesa melucuti CD temannya demikian pula sebaliknya, menurutnya pussy temannya gundul sedangkan miliknya rambutnya jarang tak terlalu lebat jadi tak dicukur.

Kemaluan mereka telah basah, lalu mereka melakukan posisi 69 dengan Erika di atas. Vanesa menjilati kemaluan temannya seperti yang dia rasakan saat cowoknya dulu menjilati miliknya. Erika pun tak mau kalah. Mereka berdua mendesah keenakan, sesaat kemudian Vanesa menjerit kesakitan saat Erika menusukkan jari tengahnya perlahan ke dalam kemaluan Vanesa yang masih perawan. Erika perlahan menusukkan jarinya masuk dan perlahan pula Vanesa merasakan keenakan dan menikmati gerakan jari Erika.

Kemaluannya berdarah sedikit, tapi sensasi ini belum pernah Vanesa rasakan sebelumnya, katanya sungguh nikmat dan membuatnya melayang. Karena keenakan, Vanesa mengelus-elus putingnya sendiri sambil mendesah-desah keenakan dan Erika sudah berjongkok di depan kemaluan Vanesa, menjilati kemaluan dan menusuk-nusukkan jarinya. Ketika kemaluannya berdenyut kencang Vanesa menjepit kepala temannya dan menekannya ke kemaluan. Sesudah itu, Vanesa tidur bersama Erika.

Setelah menceritakan pengalamannya Vanesa menitikkan air mata, rupanya hal ini mengingatkannya kembali akan kenangan buruknya. Kuberanikan diri untuk menghibur dengan memeluknya, setelah mengangkat sandaran tangan. Vanesa menangis di dadakku, kuelus-elus rambutnya untuk melegakan hatinya. Tanpa kusadari aku terangsang oleh aroma tubuh Vanesa yang sungguh menggoda.

Vanesa mulai tenang. Kuelus-elus pipinya yang mulus. Karena suasana sekitar sudah mulai sepi, kuberanikan diri untuk memeluknya dengan seizin Vanesa. Vanesa mengizinkanku, dan kupeluk dia menghadap jendela kereta, yang tertutupi kerai. Kucoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa dirinya sungguh cantik, kubisikan di telinganya dan tanganku mengelus-elus perutnya yang rata. Aroma tubuh Vanesa makin membuatku terangsang, dan kukatakan padanya bahwa aku saat ini terangsang oleh aroma dan keindahan tubuhnya sambil tanganku perlahan meremas-remas payudara dan mengelus-elus putingnya. Lalu kami beradu mata.

Vanesa lalu memejamkan matanya, ini tanda bagiku bahwa dia ingin kucium. Kuberanikan diriku mencium bibirnya sambil kedua tanganku mengelus-elus putingnya yang mulai mengeras, lalu lidah kami pun beradu. Sesaat kemudian kami melepaskan ciuman kami, dan kami pun saling tersenyum. Selepas Purwokerto, Vanesa berbisik ke telingaku, dia mengajakku ke kamar mandi. Sesampainya di depan pintu kamar mandi, Vanesa memberitahuku kalau ia ingin melakukannya di dalam WC ini.

Vanesa masuk dulu, dan baru setelah kulihat keadaan sekitar aman, aku ikut masuk.
Tanpa banyak bicara kumulai saja, Vanesa merangkulku dan kuciumi bibirnya, lidah kami beradu dan saling sedot. Tanganku masuk ke dalam tank topnya, kuremas-remas pantatnya perlahan dan memainkan putingnya. Ciumanku turun ke lehernya, tanganku menikmati kedua pantatnya, Vanesa memeluk kepalaku. Sesaat kemudian kutanggalkan cardigan dan kunaikkan tank topnya hingga tampaklah sepasang payudara yang bulat, kencang dan putingnya berwarna cerah, pink serta wajah pemiliknya yang terangsang menggairahkan.

Vanesa langsung kupeluk dan aku ‘menetek’ padanya. Perlahan kunikmati kedua payudaranya, kujilati putingnya, kusedot-sedot, dan kugigit-gigit lembut. Vanesa hanya bisa memeluk kepalaku dan mendesah-desah keenakan. Sambil ‘menetek’, aku mengelus-elus pantatnya yang montok dan halus. Saat kujelajahi pantatnya, ternyata Vanesa memakai CD bikini, yang hanya ditalikan kanan kirinya. Tanganku yang nakal melepaskan temalinya dan kulepaskan lalu kulihat tanda di CD-nya yang basah oleh cairan kemaluannya. Langsung aku berjongkok dan meminta Vanesa mengangkat salah satu kakinya dan meletakkannya di atas kloset.

Tampaklah kemaluan basah yang berambut jarang. Kukatakan pada Vanesa bahwa kemaluannya sangat sexy hingga langsung kulibas saja. Kujilati klitorisnya perlahan, lalu kesedot-sedot dan kugigit-gigit lembut hingga Vanesa melenguh agak keras dan memegangi kepalaku. Kurasakan kemaluannya yang berkedut kencang saat Vanesa orgasme. Rangsangan tak kuhentikan, kutelan cairan kemaluannya dan terus menikmati kemaluannya. Kedua kaki Vanesa melemas hingga dia mencari pegangan dan aku menahan kedua kakinya di pundakku. Kutangkupkan mulutku di kemaluannya hingga Vanesa pun orgasme lagi. Kujilati cairan kemaluannya yang keluar dari kemaluannya yang berkedut lalu kududukkan dia di atas kloset.

Vanesa tersenyum keenakan dan puas. Kutanya padanya apakah dia sudah puas. Vanesa menjawabnya dengan melucuti celana pendekku dan CD-ku dilanjutkan dengan menjilati kemaluanku. Dengan wajah penuh nafsu Vanesa menikmati kemaluanku. Mulutnya menjilati batang kemaluanku dan memainkan kepala kemaluanku yang seperti jamur sedang jari-jari lembutnya memainkan kedua zakarku. Aku mendesah keenakan karena baru kali ini ada yang dapat menyaingi Ani, mantan kekasihku, dalam mengoral kemaluanku.

Aku memegangi kepala Vanesa ketika ia mengocok kemaluanku di dalam mulutnya, sesaat kemudian juga kuremas-remas pantatnya yang mengkal. Kusuruh Vanesa menungging saat dia mengambil nafas setelah menyedot-sedot kemaluanku dengan nikmatnya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku yang sudah basah oleh liurnya ke bibir kemaluan dan klitorisnya. Vanesa mendongak keenakan dan menatapku seakan memberi isyarat untuk segera menyodokkannya ke dalam.

Perlahan kumasukkan kemaluanku ke dalam kemaluannya. Kemaluannya yang licin dan hangat membuat adrenalinku terpompa keluar. Perlahan tapi mantap kusodokkan kemaluanku, lalu kuberikan hentakan kencang saat hampir seluruh kemaluanku telah masuk ke dalamnya. Memang kemaluanku tak terlalu besar, rata-rata saja ukurannya. Bukan masalah ukuran tapi bagaimana cara saya melakukannya mulai saat foreplay hingga klimaks yang dicapainya pada saat orgasme.

Vanesa menjerit, lalu menatapku dan tersenyum. Kudekatkan wajahku dan mencium bibirnya sebelum mulai. Perlahan aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, kuvariasi gerakan pinggulku. Maju-mundur, melingkar-lingkar dan membentuk angka 8. Sambil menyodok, sesekali kuelus-elus putingnya dan tangan yang lain menyentuh klitorisnya. Vanesa yang hanya memakali rok dan aku hanya memakai kaos menikmati setiap goyangan dan sodokan.

Setelah bosan dengan gaya doggy, aku duduk dan Vanesa kupangku menghadap wajahku. Kami berciuman lagi sebelum memulai kocokan. Vanesa manggoyangkan pinggulnya naik-turun, titik-titik keringat keluar dari pori-pori kami. Sambil bergoyang aku kembali ‘menetek’ padanya hingga Vanesa makin menggila. Kemaluannya makin basah, dan seakan-akan memijat kemaluanku dengan kedutannya.

Vanesa mengatakan padaku kalau dia hampir sampai dan kuminta untuk orgasme bersama. Kutanya padanya di mana aku harus mengeluarkannya, Vanesa menyatakan dirinya aman malam itu, dan dia ingin aku melepaskannya di dalam. Kemaluan Vanesa makin berkedut, lalu dia memelukku erat dan mendesah panjang, goyangannya terhenti, kemaluannya berkedut hebat dan basah. Spontan aku berdiri dan Vanesa menjepitkan kakinya di pinggangku. Perlahan kugoyangkan pinggul hingga aku pun orgasme, beberapa kali kemaluanku menembakkan spermanya di dalam kemaluan Vanesa.
Setelahnya aku duduk dan berpelukan erat dengan Vanesa. Cukup lama kami berada dalam posisi ini. Vanesa berbisik padaku mengatakan bahwa dirinya tak akan melupakan malam ini, dan ini adalah kemaluan pertamanya yang memasuki kemaluannya. Aku hanya bisa tersenyum menjawab pernyataannya. Vanesa berdiri hingga dapat kulihat ada bercak darah di kemaluanku, aku terkejut karena rupanya dia bersungguh-sungguh.

Lalu kami merapikan diri dan bersiap kembali ke tempat duduk kami. Dengan cuek kami keluar, anggap saja kami sepasang pengantin baru. Aku keluar duluan dengan tanganku menggandeng Vanesa, walaupun cuek tapi aku cukup terkejut ketika ada seorang wanita muda seumuran Vanesa, berpapasan dengan kami saat kami membuka pintu untuk masuk ke ruang duduk. Wanita yang ternyata segerbong dengan kami itu tersenyum penuh arti. Kami tetapi cuek saja. Sesampainya di tempat duduk kami, aku semakin hangat dengan Vanesa. Dia tertidur dalam pelukanku.

Selepas Cirebon aku ke pergi ke WC lagi untuk buang air kecil. Ketika aku keluar, ternyata wanita yang tadi telah menunggu. Wanita itu mendorongku ke dalam WC hingga aku sempat memberontak sedikit, lalu ketika tahu dia sedang horny dengan melucuti celana dan pakaiannya sendiri, aku diam saja. Kutanya namanya, dia menjawab Mawar. Rambutnya pendek, sawo matang kulitnya, tingginya 170-an cm, menarik dan sexy, payudaranya lebih besar daripada punya Vanesa, kira-kira 34B, mengkal, putingnya coklat muda.

Setelah dia menanggalkan celana panjangnya, Mawar melepaskan atasannya. Aku pun mengelus-elus pussynya dari luar CD, ternyata sudah basah dan lembab, horny sekali dia rupanya. Kuturunkan CD-nya saat dia melepaskan branya. Wow, gundul dan basah. Mawar berpegangan di pundakku saat aku mengerjakan dirinya. Kutusukkan jari tengahku dan kuremas-remas pantatnya yang mengkal kanan-kiri. Mawar melenguh-lenguh keenakan. Kemaluannya berkedut cepat bagai memijat jariku. Kuhentikan rangsanganku, dan dia berjongkok melucuti celanaku. Kemaluanku sudah mengacung rupanya.

Mawar langsung mengajak bermain kuda-kudaan. Agak mudah juga kemaluanku masuk ke dalam kemaluannya, rupanya dia sudah sering dimasuki kemaluan, tapi walaupun demikian masih kencang juga cengkeraman kemaluannya. Mawar mulai menggoyangkan pinggulnya, dan aku mulai ‘menetek’ padanya. Wanita ini cukup sexy, batinku, dan mudah terangsang rupanya. Tak lama kemudian Mawar memelukku erat saat dia orgasme. Mawar tersenyum padaku, dan membisikkan terima kasih. Lalu kuminta dia untuk menenangkan kemaluanku. Mawar melakukan blow job. Lumayan juga, hingga aku keenakan dibuatnya. Lalu tanpa peringatan sebelumnya, aku menembakkan spermaku ke dalam mulutnya. Mawar membersihkan sisa-sisa sperma di kemaluanku. Aku langsung merapikan diriku dan mencium pipi Mawar sambil mengucapkan terima kasih kembali.

Di dalam gerbong, aku kembali memeluk Vanesa. Kebetulan kami menyewa selimut, tanganku bergerilya masuk ke dalam CD Vanesa. Kuelus-elus kitorisnya hingga Vanesa terkejut dan kembali terangsang. Kemaluannya menjadi lembab, perlahan kumasukkan jari tengahku lalu kukocok kemaluannya.Vanesa memegangi dengan erat tanganku yang meremas-remas pantatnya. Untuk menahan agar suaranya tak keluar dia menggigit bibirnya sendiri. Tak lama kemudian Vanesa orgasme, lalu dia mengatakan kalau diriku nakal sekali. Aku menjawabnya dengan sebuah ciuman di bibirnya yang mungil.

Sesampainya di Jakarta, kutemani dia menunggu jemputannya. Ternyata ayahnya yang menjemput. Aku dikenalkan padanya sebagai teman selama di perjalanan. Untung saja ayahnya tak menaruh curiga apapun. Setelah selesai merapikan barang bawaannya ke mobil, Vanesa berbisik padaku agar segera meneleponnya hari itu juga. Aku menyanggupinya sebelum akhirnya kami berpisah.

TAMAT

Diposting pada:
Dilihat:4,127 views