Caraku Membalas Budi

Tidak ada voting

“Putri…” ujar Tante Herlin sambil melongo seolah tidak bisa meneruskan lagi kata-katanya, kami terdiam sesaat dan saling memandang.

“kamu…kamu apa-apaan ini? Siapa dia?” tanya Tante Herlin dengan suara bergetar dan agak ditinggikan.

“Eeemmm…ini tante, Pak Suzeno, dia…dia yang nemuin BB Putri tante” jawabku masih agak tergugup.

“O gitu ya…ayo Ci kamu ikut tante sebentar!” kata Tante Herlin seraya menarik lenganku sampai guling yang kupakai untuk menutupi tubuhku jatuh “Bapak tunggu disitu ya! Kita masih harus bicara!” hardiknya pada Pak Suzeno yang masih tertunduk sambil menyeretku.

Tante Herlin menyuruhku masuk ke kamar mandi yang terletak di dekat pintu masuk sedangkan ia sendiri berdiri di ambang pintu sehingga bisa sambil mengawasi Pak Suzeno. Wah…habis deh pikirku, dia pasti bakal memarahiku dan nanti melaporkan ke orang tuaku.

“Ayo kisahkan ada apa ini sebenarnya, kamu benar-benar gila ya!” kata Tante Herlin dengan melipat tangan.

Akupun akhirnya menkisahkan dengan singkat kejadiannya.

“Tolong yah, Tante, jangan bilang-bilang ke mama papa, Putri cuma khilaf, ya namanya juga darah muda kan” aku memohon padanya setelah selesai menkisahkan semuanya.

“Nakal banget sih kamu Ci, tante pasti akan lapor semua ini…kalau kamu gak ngajak-ngajak Tante” kalimat terakhir ia ucapkan dengan suara berbisik.

Tentu saja aku terkejut mendengar kata-katanya.

“What? Maksud tante?” tanyaku meminta kejelasan, kulihat sebuah senyum mengembang di wajahnya

“Tante bilang ngajak Tante….boleh kan Tante ikutan enjoy?” jawabnya pelan agar suaranya tidak terdengar Pak Suzeno di luar sana, “gak dihitung selingkuh kan? Tante kan udah lama sendiri, sekali-sekali boleh dong” lanjutnya dengan senyum makin lebar.

“Eh…Tante…mau apain sih!?” aku memegang lengannya ketika ia hendak beranjak dari ambang pintu.

“Pssstt…kamu liat aja Ci!” ia melepas tanganku lalu berjalan ke arah Pak Suzeno yang mulai memunguti pakaiannya, saat itu ia sudah memakai celana dalamnya.

“Oke Pak, aku rasa kita harus bicara dulu!” sahut Tante Herlin sambil mendekatinya dengan nada tegas.

“Eh…iya iya….Bu, duh Bapak menta maaf banget, Bapak khilaf Bu, lagian Mbak Putri juga yang godain Bapak, jadi gini deh!” Pak Suzeno terbata-bata dan tidak berani menatap wajah Tante Herlin yang sengaja dibuat judes.

“Bapak kira bisa pergi begitu saja setelah main gila sama keponakan aku?” tanya Tante Herlin sinis.

“Aduh…kan Bapak udah minta maaf, jadi Ibu mau apa dong!” pria itu makin bingung seperti maling yang tertangkap basah.

Aku melihat itu semua dari pinggir pintu kamar mandi, aku tertawa melihat ekspresi culunnya itu, culun-culun tapi bisa gila juga kalau sudah dikasih ‘daging mentah’

“Tolong ke sini Pak!” perintah Tante Herlin seraya menjatuhkan pantatnya ke tepi ranjang, “Sini! Berdiri di sini!” sahutnya lagi karena pria itu bengong.

Pak Suzeno kini berdiri di depan Tante Herlin yang duduk di tepi ranjang hanya dengan bercelana kolor.

“Bu… mau ngapain? Eeehhh…jangan Bu” Pak Suzeno kaget ketika tangan Tante Herlin menjamah batang kemaluannya yang masih tersembunyi di balik celana dalamnya, dielusnya selangkangan pria itu dengan lembut.

“Aku minta tanggung jawab Bapak, gara-gara Bapak aku kan jadi horny nih, jadi Bapak harus muasin aku!” kata Tante Herlin seraya menurunkan celana dalam Pak Suzeno sehingga batang kemaluannya yang sudah mulai mengeras lagi terpampang jelas di depan wajah tanteku dan ia mulai menggenggamnya serta mengocoknya pelan.

Pak Suzeno tidak meneruskan kata-katanya lagi selain melongo lalu mendesis merasakan kemaluannya dikocok oleh Tante Herlin. Tante Herlin mulai memainkan lidahnya menjilati kemaluan pria itu. Bukan hanya melakukan service lidah, Tanteku itu mulai memasukkan kemaluan itu ke dalam mulutknya sehingga Pak Suzeno makin mengelinjang, matanya pun merem-melek dan tangannya mulai meremas rambut tanteku.

Adegan itu berlangsung kira-kira 10 menit dan selama itu aku menontonnya dengan melongokkan kepala dari pintu kamar mandi. Tak sadar, tanganku ke bawah menggosok kemaluanku sendiri. Aku merasakan kemaluanku sudah berlendir lagi dan mulai serasa berdenyut-denyut ingin ditusuk. Aku pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri mereka di ranjang. Saat itu Tante Herlin masih asyik memberi servis oral pada Pak Suzeno, kudekap tubuh pria itu dari belakang, kugesekkan buah dadaku di punggungnya dan paha kiriku yang mulus ke pahanya.

“Enak ya Pak, hihihi…!” kataku dengan suara mendesis di dekat telinganya

Mata Pak Suzeno seperti mau copot dan tidak berkedip ketika Tante Herlin bangkit berdiri dan mulai melepaskan satu persatu kancing gaun terusannya dengan disertai senyuman menggoda. Tante Herlin meloloskan pakaian itu hingga melorot jatuh ke lantai menyisakan bra dan celana dalam krem di baliknya yang membungkus tubuhnya yang masih langsing dan kencang. Karena tubuh kami menempel erat aku dapat merasakan detak jantung Pak Suzeno yang makin kencang saat Tante Herlin membuka bra nya lalu melemparnya ke belakang. Payudaranya yang berputing coklat begitu bulat dan tegak menantang, padahal sudah punya anak dan pernah menyusui, aku jadi sirik dibuatnya apakah setelah punya anak nanti milikku masih sebagus punya tanteku ini. Tante Herlin meraih tangan Pak Suzeno dan meletakkannya pada payudara kirinya.

“Ini yang harus Bapak pertanggungjawabkan, sekarang aku ingin Bapak selesaikan!” katanya
“Aaahhh!” erang Tante Herlin begitu menyelesaikan kalimatnya, tanpa disuruh lagi tangan Pak Suzeno meremas kencang payudaranya dengan gemas.

Tangan pria itu yang satunya mendekap tubuh tanteku dan mendorongnya ke depan sehingga tubuh mereka pun terhempas ke ranjang. Sebentar saja Pak Suzeno sudah menjilati dan menggerayangi tubuh tante Herlin. Slluurrp…ssllrrrppp…terdengar suara seruputan saat pria itu melumat payudara tanteku secara bergantian. Tangan kanan pria itu merayap turun ke bawah menyusup masuk ke balik celana dalam Tante Herlin, tampak tangannya itu bergerak-gerak di balik celana dalam itu. Tak ayal, tubuh tanteku pun menggeliat-geliat, tangannya memeluk erat tubuh pria itu. Tangan pria itu kini menarik lepas celana dalam Tante Herlin dibantu oleh tanteku yang menggerakkan kakinya.

Akhirnya tubuh tanteku itu pun tidak tersisa lagi pakaian apapun, kemaluannya tampak masih rapat dengan dihiasi rambut-rambut lebat yang dicukur rapi. Setelah melepaskan pakaian terakhir yang tersisa di tubuh Tante Herlin, Pak Suzeno berlutut dan menaikkan kedua paha Tante Herlin ke bahunya ditariknya hingga selangkangan tanteku tepat di mulutnya. Wajah pria itu kini terjepit di antara kedua paha mulus tanteku dan seperti memakan semangka…sslluurrp….ia mulai menjilati dan mengisap kemaluan tanteku. Desisan erotis pun keluar dari mulut Tante Herlin tanpa tertahankan.

Aku yang mulai birahi lagi berlutut di lantai berkarpet di pinggir ranjang dan memiringkan sedikit tubuhku dengan bertumpu pada siku, kuraih kemaluan Pak Suzeno yang nganggur dan mulai kukocok. Kami saling hisap alat kelamin selama kira-kira beberapa belas menit lamanya.

Aku menyuruh Pak Suzeno berbaring telentang karena masih ingin meneruskan posisi yang tanggung tadi ketika Tante Herlin tiba-tiba masuk. Aku pun segera kembali menaiki kemaluan Pak Suzeno, kupegang benda itu dan kuarahkan ke kemaluanku.

“Eeemmmhhh!” lenguhku sambil menurunkan tubuhku hingga kemaluan itu terbenam dalam kemaluanku.

“Diterusin Pak jilat-jilatannya!” sahut Tante Herlin menaiki wajah Pak Suzeno dengan posisi berhadapan denganku.

“Ssshhh…Ci…kamu sering ya…eeemmm…gila-gilaan gini?” tanya Tante Herlin terengah-engah.

“Iyah…Tante, apalagi….aahhh…waktu jaman kuliah dulu…aaahh!” jawabku sambil menaik-turunkan tubuhku.

“Dasar yah…mmmhhh…anak-anak jaman sekarang…aahhh…aahhh!”

Bibir dan lidah Pak Suzeno beraksi dengan buasnya di selangkangan tanteku. Yang membuat Tante Herlin semakin histeris adalah ketika pria itu menjilat sambil mencucuk-cucukkan jarinya ke liang kenikmatannya. Decakan suara lidah pria itu yang bermain di kemaluan Tante Herlin mengiringi desisan kami yang saling berlomba-lomba mencapai puncak kenikmatan. Sementara itu aku sendiri mulai merasakan kenikmatan dari kemaluanku yang terasa semakin peret mencengkram kemaluannya.

Telapak tanganku dan Tante Herlin saling genggam erat, mengimbangi kenikmatan dari tusukan kemaluan Pak Suzeno, aku memagut bibir tanteku itu, mulanya ia seperti kaget menyambut lidahku, tapi perlahan-lahan bibirnya mulai membuka dan ikut memainkan lidahnya bersamaku. Aku memeang tidak pernah membayangkan ber-french kiss dengan tante sendiri, tapi kalau dalam keadaan birahi tinggi begini apa pun bisa terjadi. Kini kami, dua wanita yang berada di atas tubuh pria setengah baya itu, saling bercumbu dan saling meraih buah dada dilanjutkan saling meremas membuat adegan di atas ranjang hotel ini menjadi semakin panas.

“oohh Taantee, aku…aku keluaarr.., oohh enaak, Pak terus sodok ke atas…aahh…aahh aku nggak kuat lagi oohh…enaakk!!”, aku mengerang panjang dengan tubuh mengejang dahsyat.

Sungguh orgasme yang luar biasa, kemaluanku berdenyut keras dan cairan kewanitaanku meleleh deras dari dasar liang kenikmatanku. Akhirnya aku pun rebah di samping mereka dengan tubuh bercucuran keringat.

“Ayo Bu, kita lanjutin ngewenya.., Mbak Putri istirahat aja dulu!”, sahut Pak Suzeno.

“Okeh, aku sekarang nonton kalian dulu aja!”, jawabku lemas sambil berbaring memandangi pria itu dan tanteku yang kini dalam posisi dogie siap untuk melanjutkan pergumulan.

Tante Herlin bertumpu dengan kedua siku dan lututnya, ia membuka lebar-lebar kedua pahanya mempersilakan Pak Suzeno memasukkan kemaluannya ke liang yang sudah becek itu. Desisan mereka mengiringi proses penetrasi itu, tak lama kemudian mereka sudah saling memacu tubuh mereka. Adegan yang mereka lakukan sungguh hot hingga membuat aku terpana menyaksikannya.

Goyangan tubuh tanteku yang begitu liar mengimbangi genjotan si tukang parkir itu sementara tangan Pak Suzeno meremasi payudara tanteku yang menggelanyut, terkadang ia juga meremas dan menepuk pantatnya yang montok. Suara desis nafas yang saling memburu dari keduanya terdengar sangat keras dan terpatah-patah akibat menahan kenikmatan dahsyat dari kemaluan mereka yang beradu keras saling membentur yang menimbulkan bunyi decakan becek.

Daerah sekitar kemaluar mereka tampak telah basah oleh cairan kelamin yang terus mengalir dari liang kemaluan tanteku hingga semakin lama Pak Suzeno merasakan dinding kemaluan itu semakin licin dan nikmat.
“Gile juga nih bapak, culun-culun tapi kuat juga ternyata”, kataku dalam hati kagum pada stamina pria itu.

Aku dibuat heran melihat keperkasaan Pak Suzeno dalam bermain seks. Ia masih begitu bersemangat menggoyang tubuh tanteku, seperti tak tergoyahkan oleh lincahnya pinggul Tante Herlin yang tak kalah liar. Bahkan liang kemaluan tanteku yang pernah melahirkan anak saja seperti tak cukup untuk menampung batang kemaluan Pak Suzeno yang keluar masuk bak rudal. Dalam waktu kurang dari lima belas menit saja mereka bergumul, Tante Herlin yang tadinya tampak dominan, sudah tampak tak dapat lagi menguasai jalannya permainan itu. Tubuhnya tergoncang-goncang mengikuti irama goyangan Pak Suzeno sambil enahan rasa nikmat yang begitu dahsyat dari liang kemaluannya yang terdesak oleh kemaluan pria itu.

“Auuhh.., oohh.., mati aku Ci…enaak.., oohh.., Pak…ooh remas terus tetek aku Pak!! Lebih dalem Pak…lebih dalem kontolnya aaahhh!”, erang tanteku tanpa risih berusaha menahan rasa klimaks yang di ambang puncaknya itu.

Setelah merasa tenagaku mulai terkumpul aku mencoba menggerakkan tubuhku, aku turun dari ranjang dan menuangkan air ke gelas lalu meminumnya sekali teguk. Aahhh…segar sekali rasanya.

“Gimana Mbak? Udah seger, kalau udah kita ngewe lagi atuh!” sahut Pak Suzeno sambil tetap menggenjot tanteku.

Hasratku mulai bangkit kembali untuk mencoba lagi kenikmatan dahsyat dari permainan seks liar itu apalagi ajakan Pak Suzeno yang membuatku merasa tertantang. Tante Herlin pun tampak begitu menikmatin hubungan seks itu dengan maksimal sampai sehisteris itu. Aku pun meletakkan gelas di meja lalu berjalan mendekati kedua orang yang tengah bersetubuh itu. Aku naik ke ranjang dan berlutut di sebelah Pak Suzeno, kudekap tubuh pria itu. Pria itu menyambutku dengan mengulurkan tangannya ke arah kemaluanku, dirabanya permukaan kemaluanku yang masih basah oleh cairan kelamin.

“Ahhh…Pak!” desisku ketika dua jarinya masuk ke liangku dan mengocok-ngocoknya hingga membuatku semakin birahi.

Aku membalas dengan memagut mulut Pak Suzeno hingga saling mengadu bibir dan menyedot lidah. Permainan itu memanas lagi oleh teriakan nyaring Tante Herlin yang kini terlihat sedang berada menjelang puncak kenikmatannya. Goyang tubuhnya semakin liar dan tak karuan sampai kemudian ia berteriak panjang bersamaan dengan menyemburnya cairan hangat dan kental dari kemaluannya.

“Ooouuhh…!!!”, tanteku menjerit panjang dengan tubuh yang tiba-tiba kejang kemudian lemas tak berdaya.

“Wew, masih belum keluar juga dia”, benakku kagum pada Pak Suzeno setelah berhasil membuat tanteku terkapar dalam kenikmatan.

Aku kemudian berbaring pasrah membiarkan Pak Suzeno menindih tubuhku. Ia memegangi kemaluannya yang masih tegang dan basah oleh cairan kewanitaan tanteku, lalu dengan perlahan ia tekankan ke dalam liang kemaluanku. Kuangkat sebelah kakiku agak ke atas dan menyamping hingga belahan kemaluanku lebih mudah dimasuki kemaluannya. Ia terhenyak dan mendesis panjang saat kembali menghujamkan kemaluannya masuk melewati dinding kemaluanku yang terasa sempit dan basah.

“Ohh.., enaakknya Pak!”, desisku meresapi setiap milimeter pergesekan dinding kemaluanku dengan kemaluan pria itu.

Setelah diam sejenak meresapi himpitan kemaluanku, ia mulai menggenjot pelan. Kedua kakiku melingkari pinggangnya dan memeluk dengan erat. Tak ayal gaya itu membuatku makin menggelinjang menahan nikmatnya kemaluan Pak Suzeno yang terasa lebih dalam masuk dan membentur dasar liang kemaluanku yang terdalam. Aku menggoyangkan pantat mengimbangi kenikmatan dari hujaman-hujaman pria itu yang kian menghantam keras ke arahku. Kemaluannya yang keras itu benar-benar memberi sejuta sensasi rasa yang beda dari yang lain. Kenikmatan dahsyat itu yang membuatku lupa diri dan berteriak seperti binatang disembelih.

Aku meliuk-liukan tubuhku karena kenikmatan dari genjotan pria itu. Sesekali tangan pria itu meremasi buah dadaku bibir kami berpagutan dengan liar. Setelah bosan dengan posisi itu, ia bangkit berlutut di antara kedua pahaku, dengan berpegangan pada kedua pahaku ia teruskan menyodok-nyodokkan kemaluannya ke kemaluanku. Beberapa saat lamanya aku disetubuhi dalam posisi demikian, lalu kulihat Tante Herlin menggeser tubuh telanjangnya ke sebelahku.

“Asik juga yah Ci, sekali-kali main gila gini” katanya tersenyum.

Lalu ia menundukkan kepala ke arah dadaku dan mulutnya menangkap puting kananku. Aaahhh…aku makin menggelinjang dengan bertambahnya rangsangan ini. Tante Herlin melumat payudaraku secara bergantian dan juga meremas serta memilin-milin putingnya. Sungguh tak kusangka aku terlibat threesome dengan tante sendiri. Mulut Tante Herlin lalu bergerak ke atas menciumi pundak dan leherku, hingga akhirnya bibir kami bertemu lagi. Aku memeluk tanteku dan beradu lidah dengan penuh gairah dengannya.

“Eeemmhhh!” tiba-tiba Tante Herlin mendesis tertahan di tengah percumbuannya denganku, matanya juga membelalak.

Aku memilihat ke arah sana, ternyata Pak Suzeno mencucukkan jarinya ke kemaluan tanteku ini. Sambil terus menggenjot kemaluanku, tangannya kini aktif mengerjai kemaluan Tante Herlin. Kami melanjutkan percumbuan kami hingga lima menit ke depan, mulut kami saling berpisah dengan air liur bertautan. Tante Herlin nungging di sampingku dan entah mengapa aku juga mengikutinya nungging seolah bersaing minta ditusuk pria itu.

Tante Herlin mengerang nikmat saat Pak Suzeno memasukkan kemaluannya, setelah lima menitan menggenjot tanteku, ia mencabut kemaluannya dan pindah ke kemaluanku. Demikian ia menggilir kemaluan kami, dari satu kemaluan ke kemaluan lainnya, entah apa dia bisa merasakan perbedaan antara kemaluan kami. Desisanku saling bersautan dengan desisan Tante Herlin terkadang diselingi jerit kenikmatan darinya, aku terpengaruh hingga ikutan mendesis keras. Mungkin lebih dari setengah jam Pak Suzeno merasakan nikmat tubuhku dan istrinya secara simultan, hingga akhirnya sampailah kami di puncak kenikmatan. Akulah yang paling awal keluar, mulutku menjerit bebas lepas tanpa beban.

Kemudian pria itu beralih ke tanteku. Dia mengocok Tante Herlin dengan lebih bertenaga seolah berpacu menuju puncak. Tampak wajahnya menegang dan keringatnya bercucuran pertanda ia pun akan segera keluar. Tak lama kemudian Tante Herlin pun orgasme, sebuah teriakan keluar dari mulutnya, ya…teriakan orgasme yang tak tertahankan, kuharap tidak sampai terdengar ke kamar sebelah. Ia meremas tanganku merasakan kenikmatan itu. Dalam waktu berdekatan tiba tiba Pak Suzeno pun melenguh panjang. Ia memegangi kedua lengan tanteku dan memacu tubuhnya lebih keras seperti menaiki seekor kuda saja.

”Ooohhh Bu…aku mau ngecrot nih…ooh goyang yang keras…oohh goyang terus Bu…oohh memeknya legit banget.., oohh uenaakkk…oohh”, pria itu menceracau tak karuan meresapi kenikmatan tubuh tanteku.

Ingin merasakan semprotan spermanya pada mulutku, aku pun lalu bangkit dan memeluk tubuh Pak Suzeno dari belakang.

“Cabut Pak…sini keluarin di mulut aku, aku mau minum peju bapak”, kataku

“Beres Mbak…oohh.., diminum ya.., oohh”, lenguh pria itu sambil berdiri di ranjang

Aku berlutut di hadapannya meraih kemaluannya dan mengocokinya. Tante Herlin juga ikut berlutut di sebelahku. Tidak sampai semenit kemaluan itu sudah menyemprotkan spermanya. Ada mungkin delapan kali kemaluan itu menyemprotkan cairan putih kental ke mulut kami yang menganga dan membasahi wajah kami. Aku meraih batang kemaluan itu dan mengocokkannya dalam mulut sehingga seluruh sisa cairan spermanya itu kutelan habis.

“Tante juga bagi dong!” sahut Tante Herlin menarik kemaluan yang masih kuhisap dengan mulutku lalu memasukkannya ke mulutnya. Akhirnya tergapai juga puncak kenikmatan tertinggi itu. Kami bertiga pun terkapar lemas dan tak sanggup lagi melanjutkan permainan itu. Suasana hening sejenak, hanya terdengar suara nafas naik turun. Setelah mengumbar nafsu birahi sampai puas kami pun tertidur kelelahan tanpa seutas benang pun di tubuh kami. Sebelum terlelap aku masih sempat mengatur alarm di BB ku agar bangun untuk bersiap pulang nanti.

Aku terbangun sebelum alarm berbunyi, kulihat waktu telah menunjukkan pukul 4 lebih. Untungnya tadi siang aku sudah beres-beres sebagian barang sehingga tidak terlalu buru-buru lagi sekarang. Aku hanya menemukan diriku sendirian di ranjang, Tante Herlin dan Pak Suzeno pasti di kamar mandi karena terdengar kucuran shower dari sana. Seperti biasa sehabis bercinta, aku ke kamar mandi membersihkan tubuhku, sebelumnya aku minum dulu segelas air. Semakin mendekati kamar mandi yang pintunya tidak ditutup itu semakin terdengar suara desisan. Benar saja, aku menemukan Pak Suzeno sedang menyetubuhi tanteku dalam posisi berdiri berhadapan. Tante Herlin bersandar pada tembok dengan kaki kiri diangkat oleh pria itu yang merojok-rojokkan kemaluannya ke kemaluannya. Air shower yang hangat terus mengucur membasahi tubuh keduanya.

“Hai Ci!” sapa Tante Herlin yang pertama melihatku.

Aku balas menyapa sambil berjalan ke arah shower, kusiram tubuhku dengan air hangat menghilangkan keringat yang menempel di tubuhku. Mereka masih terus bersetubuh sementara aku mandi. Aku menyelesaikan mandiku yang cukup singkat bersamaan dengan keduanya mencapai orgasme. Pak Suzeno mendekap tubuhku dari belakang tapi tidak sampai bersetubuh lagi karena sudah lelah hari ini. Setelah yakin semua telah beres, kami pun bersiap check out dari hotel ini.

Sebelumnya Pak Suzeno keluar terlebih dahulu agar tidak mengundang perhatian. Jarak stasiun KA dengan hotel tidak jauh, hanya 15 menit saja kami tiba di stasiun. Dalam perjalanan pulang kami banyak mengobrol tentang kesan-kesan permainan seks tadi itu. Sejak itu aku semakin akrab dengan tanteku ini, ia berkisah bahwa ia pun sebenarnya masih melakukan hubungan seks dengan mantan suaminya bila bertemu untuk mengantar anaknya bertemu, tapi hanya sebatas seks, tak ada niatan untuk rujuk karena ketidakcocokan keduanya terlalu tajam. Menjelang malam kami pun tertidur di kereta, selamat tinggal Bandung yang memberi kenangan dalam kehidupan seksku!
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook

Diposting pada:
Dilihat:1,153 views